11 Kunci Teori Manajemen Waktu Menurut Para Ahli

Share to:

Hai, teman-teman Ide Inspirasi! Di artikel sebelumnya, kita udah bahas secara lengkap nih soal definisi, manfaat, dan gimana cara nerapin manajemen waktu yang baik. Nah, kali ini aku mau lanjut bahas topik manajemen waktu, tapi kita bakal fokus ngomongin gimana sih pandangan dan teori manajemen waktu menurut para ahli di bidang ini?

Buat kalian yang masih bingung gimana sih cara buat ngatur waktu dengan efektif, mungkin pandangan para ahli ini bisa jadi referensi buat kamu. Mereka ini orang-orang yang udah sering neliti dan punya pengalaman soal cara ngatur waktu secara profesional.

Jadi, di artikel kali ini aku bakal jelasin satu persatu pandangan dan metode manajemen waktu dari berbagai ahli terkenal. Mulai dari Stephen R. Covey, Brian Tracy, David Allen, Tony Robbins, dan masih banyak lagi! Yuk, kita mulai!

Konsep dan Pengertian Manajemen Waktu Menurut Para Ahli

1. Stephen R. Covey

Siapa sih yang gak kenal Stephen R. Covey? Beliau ini adalah penulis buku best-seller “The 7 Habits of Highly Effective People”. Dalam bukunya itu, Covey ngebahas soal kuadran penting/mendesak yang jadi kunci dalam ngatur prioritas tugas kita.

Covey ngategoriin tugas-tugas kita jadi 4 kuadran:

  • Penting-mendesak.
  • Penting-tidak mendesak.
  • Tidak penting-mendesak.
  • Tidak penting-tidak mendesak.

Oh iya, teori manajemen waktu kuadran ini sebenarnya mirip dengan teori “Urgent/Important Principle” yang dipopulerkan Dwight D. Eisenhower. Bedanya, Covey nambah kategori “tidak penting” yang dibedakan dari “penting”. Selain itu, Covey lebih dalam ngejelasin cara supaya bisa kita terapin di kehidupan sehari-hari secara gampang.

2. Brian Tracy

Kedua, ada Brian Tracy. Kalau Tracy ini punya teori manajemen waktu yang unik. Dalam bukunya “Eat That Frog!”, Tracy nganjurin kita buat menyelesaikan tugas-tugas berat yang selalu kita tunda-tunda.

Filosofinya sederhana, kalau kita berhasil nyelesain tugas berat itu di awal hari, sisanya bakalan terasa lebih enteng.

Intinya, Tracy ngasih cara buat ngatur prioritas dengan ngerjain yang paling berat dulu. Bukan ngutamain tugas “penting dan mendesak” seperti Covey.

3. David Allen

Selanjutnya, ada David Allen yang terkenal dengan metodenya, “Getting Things Done” atau disingkat GTD. Nah, GTD ini ngajarin kita cara buat ngolah semua tugas dan informasi dengan cara yang sistematis, biar nggak ada yang kelupaan.

Allen ngasih panduan lengkap, mulai dari cara nangkep semua informasi yang masuk dan tugas-tugas yang diserahin ke kita. Abis itu, kita harus ngolah tugas-tugas itu secara sistematis. Metode ini emang kedengarannya ribet. Tapi banyak banget yang bilang kalau GTD ini ampuh buat ningkatin produktivitas.

4. Peter Drucker

Kalo Peter Drucker, lebih fokus ke konteks manajemen waktu buat ngelola bisnis perusahaan. Menurut Drucker, karyawan dan pemimpin perusahaan harus mengalokasikan waktu buat kegiatan yang punya dampak besar bagi perusahaan.

Jadi, nggak boleh buang-buang waktu cuma buat tugas-tugas remeh dan nggak terlalu penting. Karyawan harus bisa saling bantu dan bisa saling bagi tugas-tugas kecil dengan rekan lain.

Buat para pemimpin, juga wajib ngutamain tugas-tugas yang ngasih dampak besar. Misalnya nih, bikin strategi, ngawasin kinerja, mimpin rapat penting, dan lain-lain. Jadi, nggak cuma leha-leha aja.

5. Tony Robbins

Lalu, ada lagi Tony Robbins, seorang motivator terkenal yang mungkin beberapa dari kalian udah banyak yang ngerti. Pandangannya tentang teori manajemen waktu ini unik, karena dia gabungin antara waktu dan energi.

Selain itu, Tony juga ngajarin konsep siklus energi. Artinya, kita harus paham pola naik-turunnya energi kita sendiri, biar kita bisa maksimalin momen buat ngerjain tugas-tugas penting.

6. Julie Morgenstern

Nah, kalau Julie Morgenstern ini punya pendekatan yang agak beda. Julie nggak cuma fokus ke manajemen waktu aja, tapi juga ngehubungin sama manajemen ruang atau lingkungan sekitar kita.

Jadi menurut Julie, cara kita ngatur waktu itu juga dipengaruhi sama faktor lingkungan dan tata ruang di sekeliling kita. Misal aja, kantor atau rumah kita berantakan. Nah, itu bisa ngaruh ke produktivitas kita dalam ngatur waktu.

Pendekatan punya Julie ini lebih komprehensif dan mempersonalisasi manajemen waktu sesuai situasi dan kondisi kita, baik dari segi aktivitas maupun lingkungan sekitarnya.

7. Tim Ferriss

Kalau Tim Ferriss, mungkin banyak yang udah kenal nama ini dari bukunya “The 4-Hour Workweek”. Nah, di bukunya itu, Tim banyak mengaplikasikan prinsip Pareto atau aturan 80/20.

Intinya, wajib ngasih fokus sebanyak 20% dari tugas yang kita lakuin dan menghasilkan 80% hasil atau manfaat terbesar. Jangan sampai kebalik! Terlalu fokus sama 80% tugas yang cuma menghasilkan 20% hasil aja. Ini nggak baik!

8. Laura Vanderkam

Laura Vanderkam punya metode lain, di mana kuncinya adalah melacak atau memantau penggunaan waktu kita. Jadi, kita mencatat secara detail waktu kita habiskan setiap harinya.

Dari situ, kita bisa identifikasi kegiatan mana aja yang membuang banyak waktu tapi nggak ngasih kita hasil apa-apa. Selain itu, kita juga bisa nyari peluang di mana kita bisa mengalokasikan waktu dengan lebih baik dan lebih produktif.

9. Leo Babauta

Leo Babauta ini adalah penulis blog terkenal Zen Habits, yang banyak membahas tentang kesederhanaan dan kesadaran diri, atau mindfulness. Nah, prinsip-prinsip itu juga dia terapin dalam pandangannya soal teori manajemen waktu.

Menurut Leo, kunci utama manajemen waktu yang efektif adalah ngerjain satu hal dalam satu waktu aja. Lebih baik, jangan melakukan multitasking yang malah bikin kita gak fokus.

10. Alan Lakein

Kalau Alan Lakein ini punya pendekatan yang lebih simpel, tapi powerful. Intinya, setiap kali mau ambil keputusan atau action apa yang harus dilakukan, kita harus ajukan pertanyaan ke diri sendiri: “Gimana ya cara gunain waktu saat ini biar nggak sia-sia?”

Pertanyaan itu bakal jadi semacam filterisasi yang bisa ngebantu kita nentuin prioritas. Kalau jawaban pertanyaanya adalah iya, lanjut kerjakan. Tapi kalo enggak, mending ditunda dulu. Hal kayak gini akan ngebantu kita lebih sadar buat maksimalin waktu yang ada.

11. Francesco Cirillo

Yang terakhir ada Francesco Cirillo dengan tekniknya yang paling terkenal, Pomodoro. Nah, teknik ini bener-bener ngasih kita waktu buat ngerjain tugas dalam interval-interval pendek, dan harus diselingi istirahat.

Teknik Pomodoro ini ampuh banget buat ningkatin produktivitas sambil tetap memberi waktu istirahat yang cukup. Jadi gak bakal burnout ataupun jenuh dengan cara kerjanya.

Nah, dari beragam konsep dan pengertian manajemen waktu dari para ahli ini, kita bisa paham bahwa ada banyak teknik yang bisa kita terapin buat ngatur waktu secara profesional. Yuk, kita lanjut bahas gimana sih strategi dari konsep-konsep di atas?

Strategi Manajemen Waktu Menurut Para Ahli

1. Strategi Kuadran dari Stephen R. Covey

Kita mulai dari Covey dulu. Strateginya adalah dengan selalu mengutamakan tugas-tugas yang ada di kuadran penting dan mendesak terlebih dulu. Misalnya nih, ada deadline tugas kantor yang mepet, itu harus jadi prioritas nomor satu dibanding tugas-tugas lain.

Abis itu, kita bisa lanjut ke tugas-tugas penting tapi tidak mendesak, seperti merencanakan strategi jangka panjang atau kegiatan yang bisa ngebantu pengembangan diri. Sementara tugas-tugas nggak penting, bisa kita tunda atau kita serahin dulu ke orang lain.

Kuncinya, kita harus fokus pada kuadran pertama, yaitu tugas-tugas yang penting dan mendesak. Kalau kita ngutamain kuadran pertama, kita bakal lebih produktif buat ngatur waktu yang kita punya.

2. Strategi ABCDE dari Brian Tracy

Kalau Brian Tracy, strateginya agak beda. Dia nawarin teknik ABCDE buat memprioritaskan tugas-tugas kita.

  1. Pertama, kita harus identifikasi dulu tugas-tugas mana yang paling berat dan selalu ditunda-tunda. Nah, tugas-tugas itu harus kita beri label A, artinya tugas prioritas utama.
  2. Setelah itu, kita bisa kasih label B buat tugas-tugas lain yang masih penting, tapi gak seberat tugas A. Kemudian label C untuk tugas-tugas gak terlalu penting, dan seterusnya sampai label E.

Cara ini ngebantu kita buat fokus menyelesaikan tugas berat berlabel A lebih dulu. Habis itu, baru lanjut ke tugas B, C, dan seterusnya. Kenapa begitu? Karena tugas berat yang ditunda-tunda itu sering jadi beban mental yang membuat kita jadi menunda-nunda.

3. Strategi “Getting Things Done” dari David Allen

Di bukunya, David Allen ngajarin cara buat ngumpulin semua tugas dari berbagai sumber. Strategi ini terkenal dengan nama Getting Things Done (GTD). Ada 5 tahapan yang bisa kita lakukan dengan metode ini. Capture, clarify, organize, reflect, dan engage.

  1. Tahap pertama capture, artinya kita harus mencatat semua tugas dan informasi yang masuk dari mana pun. Bisa dari tugas kantor, tugas kuliah, atau tugas di rumah.
  2. Setelah dicatat, tahap kedua clarify, yaitu mengklarifikasi tugas-tugas tersebut. Kita harus memutuskan tugas mana yang perlu dikerjakan, diserahin orang lain, atau bahkan disingkirin aja.
  3. Nah, setelah ketemu sama tugas-tugas yang harus dikerjakan sendiri, lanjut ke tahap organize di mana kita mengorganisir dan memprioritaskan tugas-tugas tersebut.
  4. Setelah diorganisir, kita pertimbangin dulu rencana kerja kita. Apakah sudah masuk akal dan realistis?
  5. Jika sudah, tinggal engage, atau kerjakan rencana tersebut dengan penuh fokus sampai tuntas.

4. Strategi “Efektivitas dan Efisiensi waktu” dari Peter Drucker

Untuk Drucker, strateginya lebih ke konteks manajemen waktu di lingkungan bisnis perusahaan. Intinya, hindari membuang waktu untuk tugas-tugas sepele yang nggak berdampak signifikan ke kemajuan perusahaan.

Sebagai karyawan, kita harus bisa bagi tugas-tugas yang mungkin bisa di-handle orang lain, supaya kita bisa fokus ke tugas yang berdampak besar. Nah, untuk para manajer dan pemimpin, mereka harus mengalokasikan waktu untuk mengawasi kinerja tim, menyusun strategi jangka panjang, dan kegiatan kepemimpinan lainnya.

Kuncinya, wajib efektif dan seefisien mungkin dalam menggunakan waktu untuk aktivitas yang bisa ngasih dampak signifikan buat perusahaan.

5. Strategi “Time Blocking” dari Tony Robbins

Nah, untuk Tony Robbins, beliau ngasih teknik namanya “time blocking”. Prinsipnya, kita harus bikin jadwal kegiatan penting, sesuai dengan waktu di mana kita punya energi dan mood yang tinggi.

Misalnya nih, waktu yang paling bikin kita ngerasa powerfull adalah pagi hari. Nah, waktu pagi itu kita pakai buat ngerjain tugas-tugas yang membutuhkan fokus dan tenaga ekstra.

Kalau sore atau malam hari kan biasanya energi sudah mulai turun tuh. Jadi, waktu itu buat ngerjain tugas yang ringan-ringan aja. Atau, malah bagus kalau kita pakai buat istirahat.

Selain itu, Robbins juga menekankan pola siklus energi tiap individu. Artinya, kita harus peka sama diri sendiri. Kita harus ngerti kapan energi kita ada di puncak, atau mood kita lagi semangat-semangatnya buat maksimalin waktu produktif.

6. Strategi “Decluttering” dari Julie Morgenstern

Julie Morgenstern ngasih pendekatan yang unik dengan mengombinasikan manajemen waktu dan manajemen lingkungan sekitar.

Nah, salah satu strateginya adalah dengan teknik “decluttering” atau merapikan dan mindahin barang-barang yang nggak diperlukan. Kenapa? Supaya fokus kita nggak keganggu sama kekacauan di sekeliling kita.

Selain itu, Julie juga ngasih tips buat menata ulang tata ruang, misalnya letak meja kerja, tata perabotan, atau penataan kamar tidur, agar lebih nyaman dan bisa mendukung produktivitas kerja kita.

Julie ini ngasih pendekatan yang fleksibel dan personal, sesuai kondisi dan lingkungan kita masing-masing. Jadi, strateginya bukan cuma soal ngatur waktu, tapi juga ngatur barang dan tata ruang di sekitar kita.

7. Strategi Pareto (aturan 80/20) dari Tim Ferriss

Kalau Tim Ferriss, seperti yang udah aku jelasin sebelumnya, dia banyak menerapkan prinsip Pareto atau aturan 80/20. Jadi, strateginya fokus ke 20% pekerjaan yang ngasih hasil sebanyak 80%.

Caranya gini, kita harus bener-bener identifikasi kegiatan atau tugas mana yang bisa ngasih kita dampak paling signifikan. Nah, kegiatan itulah yang harus jadi prioritas utama kita.

Sementara sisanya, atau 80% tugas lain yang gak terlalu penting, bisa kita serahkan atau outsourcing-kan ke orang lain. Dengan begitu, waktu kita jadi lebih efisien buat difokusin ke hal-hal yang bisa ngasih kita hasil maksimal.

8. Strategi “Pelacakan Waktu” Laura Vanderkam

Metodenya Laura ini emang agak bikin repot, tapi banyak yang mengakui kalau metode ini efektif banget buat ningkatin produktivitas. Caranya adalah dengan melacak waktu kita sendiri dan harus benar-benar mencatat secara detail gimana aja waktu kita terbuang setiap harinya.

Dari situ, kita bisa identifikasi kebiasaan dan aktivitas mana yang sebenernya cuma membuang waktu, tapi nggak ngasih hasil apa-apa.

Setelah tahu pemborosan waktunya di mana, kita bisa ubah kebiasaan dan mengalokasikan waktu ke hal yang lebih bermanfaat. Misalnya, dengan fokus ke pengembangan diri, kegiatan yang bisa nambah ilmu, atau kegiatan yang bisa bikin kita lebih sehat.

9. Strategi “Kesederhanaan dan Mindfulness” dari Leo Babauta

Leo Babauta dengan prinsip kesederhanaan dan mindfulness-nya ini punya strategi yang cukup unik. Salah satu caranya adalah dengan mengamati penggunaan waktu kita sendiri, sama seperti metode Laura Vanderkam. Intinya, kita harus selalu fokus dan penuh kesadaran dalam mengerjakan setiap tugas.

Leo juga nganjurin buat ngerjain satu hal dalam satu waktu. Kalau bisa, jangan multitasking. Nanti yang ada malah bikin kita gak fokus. Kita harus bener-bener hadir dan mindful dalam mengerjakan satu tugas sampai tuntas, baru lanjut ke tugas berikutnya.

10. Strategi “Simpel tapi Powerful” dari Alan Lakein

Kalau Alan Lakein, strateginya simpel tapi powerful. Intinya, setiap kali mau ngambil keputusan atau action selanjutnya, kita harus tanyain diri sendiri dulu: “What’s the best use of my time right now?”

Artinya, apakah aktivitas yang akan kita lakukan ini benar-benar aktivitas terbaik dan paling efektif untuk memanfaatkan waktu kita sekarang?

Kalau jawabannya iya, lanjut kerjakan. Tapi kalau enggak, bisa kita tunda atau serahin aja ke orang lain. Kalau kita selalu menanyakan pertanyaan kunci itu, kita bakal lebih sadar dan lebih bisa maksimalin waktu yang ada.

11. Strategi “Podomoro” dari Francesco Cirillo

Yang terakhir, ada Francesco Cirillo dengan Teknik Pomodoro-nya. Nah, teknik ini fokus dalam membagi waktu pengerjaan tugas ke dalam interval-interval pendek, dengan diselingi istirahat.

Sistemnya, kita ngerjain tugas penuh fokus dalam sesi 25 menit. Setelah itu, kita wajib istirahat 5 menit sebelum lanjut ke sesi 25 menit berikutnya. Begitu seterusnya sampai tugas selesai.

Alasannya gini, menurut penelitian, 25 menit itu waktu maksimal yang bisa kita pertahankan fokus sebelum akhirnya menurun. Dengan pola istirahat 5 menit, fokus kita bisa tetap terjaga sepanjang pengerjaan tugas.

Contoh Penerapan Manajemen Waktu Menurut Para Ahli

Oke, kita lanjut bahas penerapan dari teori manajemen waktu menurut para ahli yang udah kita sebutin. Ada di antara kalian yang masih bingung cara menerapkan strategi-strategi yang udah kita bahas tadi? Tenang aja, aku bakal kasih beberapa studi kasus penerapannya supaya kalian bisa lebih paham.

Studi Kasus 1: Penerapan Metode Covey di Lingkungan Kerja

Kita bahas dulu penerapan metode Stephen Covey dengan konsep kuadran penting/mendesak-nya.

Bayangin aja, misalnya kamu seorang karyawan di sebuah perusahaan. Nah, suatu hari kamu dapat tugas dari atasanmu untuk menyiapkan presentasi penting dalam waktu 2 hari ke depan. Artinya, ini tugas yang penting dan mendesak kan?

Nah, sesuai metode Covey, tugas ini tuh harus kamu jadiin prioritas utama, masuk kuadran penting-mendesak. Jadi, kamu harus full fokus dan pakai tenaga maksimal buat menyelesaikan tugas ini, supaya memenuhi deadline.

Sementara, tugas-tugas lain seperti membalas email atau rapat-rapat kecil yang tidak terlalu penting, bisa kamu masukkan ke kuadran tidak penting-tidak mendesak dulu. Jadi, bisa ditunda dulu.

Dengan cara itu, kamu bisa maksimalin waktu dan tenaga buat ngerjain tugas presentasi penting tadi sampai tuntas.

Studi Kasus 2: Penerapan Metode GTD di Kehidupan Sehari-hari

Selanjutnya ada metode GTD atau Getting Things Done ala David Allen. Kita lihat gimana cara menerapkannya untuk mengelola tugas-tugas harian kita.

Misalnya aja, di pagi hari kamu kebanjiran tugas-tugas dari berbagai sumber. Ada email pekerjaan yang numpuk, catatan tugas dari bos, bahkan soal janji sama teman.

Nah, langkah pertama dengan GTD adalah capture, kamu catat semua tugas-tugas itu di satu tempat dulu.

Setelah tercatat, kamu bisa lanjut ke tahap clarify, menentukan tugas mana yang harus dikerjakan sendiri, diserahin ke rekan, atau bahkan disingkirin aja.

Misalnya, kamu punya tugas merekap data kantor, tentunya harus kamu kerjain sendiri kan? Kalau membeli keperluan rumah tangga, bisa kamu serahin dulu ke saudara kamu.

Nah, tugas-tugas yang harus kamu kerjakan sendiri, kamu lanjut ke tahap organize dan prioritaskan mana yang paling penting dan mendesak.

Setelah diorganisir, kamu bisa lanjut pertimbangin, apakah rencana pengerjaannya sudah masuk akal? Jika iya, tinggal engage atau eksekusi tugas-tugas itu sesuai prioritas dari yang paling penting.

Begitulah cara menerapkan GTD untuk tugas-tugas harian, biar semua bisa tetap tertata rapi dan tidak ada yang terlewatkan!

Studi Kasus 3: Efek dari Deep Work dalam Meningkatkan Fokus dan Hasil Kerja

Konsep deep work atau bekerja dengan fokus mendalam ini sebenernya berhubungan erat dengan prinsip mindfulness ala Leo Babauta dan Teknik Pomodoro dari Francesco Cirillo.

Misalnya aja, kamu seorang programmer yang harus bikin aplikasi dengan fitur-fitur yang kompleks. Nah, coba kamu terapin deep work dengan mematikan semua notifikasi di komputer kamu, tutup semua tab dan aplikasi yang bikin ganggu, terus fokus total selama 25-50 menit ke coding.

Setelah interval waktu itu, kamu istirahat bentar sebelum balik fokus lagi. Dengan pola kerja deep work kayak gini, kamu jadi bisa nulis ribuan baris kode secara fokus, dengan hasil yang sangat baik dan minim kesalahan.

Studi Kasus 4: Time Blocking dalam Keseharian

Nah, kita lihat juga bagaimana kita bisa mengatur waktu secara lebih terstruktur dengan teknik time blocking ala Tony Robbins.

Misalnya, kamu kerja dari jam 9 pagi sampai 6 sore. Dan kamu bisa bagi waktu dalam blok-blok tertentu. Contohnya gini:

  1. Jam 09.00 – 11.00: Blok waktu untuk mengerjakan tugas kantor prioritas
  2. Jam 11.00 – 12.00: Istirahat/makan siang
  3. Jam 12.00 – 14.00: Blok waktu meeting dengan klien
  4. Jam 14.00 – 16.00: Blok waktu untuk tugas-tugas tambahan/email
  5. Jam 16.00 – 18.00: Blok waktu untuk aktivitas pengembangan diri

Dengan diblok seperti itu, waktunya jadi lebih terstruktur dan fokus. Tidak ada lagi pemborosan waktu yang biasanya terjadi kalau tidak ada perencanaan.

Studi Kasus 5: Mengelola waktu dengan prinsip Pareto dan outsourcing

Terakhir, kita lihat gimana kalau kamu bisa meningkatkan efisiensi waktunya dengan menerapkan prinsip Pareto 80/20 dan teknik outsourcing ala Tim Ferriss.

Misalnya, kamu seorang pebisnis yang punya banyak usaha. Setelah mendata aktivitas harian, ternyata kamu sadar kalau 80% waktu kamu tersedot buat ngurus hal-hal administratif, seperti pembukuan, inventaris barang, surat-menyurat, dll.

Padahal, aktivitas inti kamu yang seharusnya bikin strategi, cari ide baru, ketemu sama klien/investor, dan lain-lain cuma butuh waktu 20% aja.

Nah, dengan prinsip Pareto, kamu bisa coba mulai merekrut pegawai baru yang seenggaknya bisa bantu kamu ngerjain 80% tugas yang bikin waktu kamu tersedot tadi.

Jadi, kamu bisa fokus memaksimalkan 20% waktu kamu buat ngerjain aktivitas inti, yang nantinya bisa ngasih kamu hasil sebesar 80%. Dengan cara ini, efisiensi waktu kamu bisa lebih meningkat dan bisnis kamu juga bisa lebih maju.

Tips dan Rekomendasi Manajemen Waktu dari Para Ahli

Stephen R. Covey: Waktu adalah sumber daya yang sangat berharga, kita harus benar-benar memanfaatkannya untuk hal-hal yang penting dan selaras dengan nilai-nilai hidup. Prinsip kuadran penting/mendesak bisa jadi pedoman dalam memprioritaskan aktivitas sehari-hari.

Brian Tracy: Salah satu musuh terbesar manajemen waktu adalah kebiasaan menunda-nunda atau prokrastinasi. Nah, kuncinya adalah beranikan diri untuk “Eat That Frog!” alias mengerjakan tugas-tugas berat terlebih dulu, baru lanjut ke tugas-tugas yang lain.

David Allen: Sistem GTD ini memang kedengarannya ribet, tapi bisa ampuh banget buat menjaga fokus dan produktivitas kita tetap tinggi. Rajin catat dan organisir semua tugas dalam satu sistem, jangan sampai ada yang kelewat!

Peter Drucker: Buat kalian yang kerja di perusahaan atau punya bisnis, harus selalu ingat prinsip efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan waktu. Jangan sampai menghabiskan banyak waktu untuk hal-hal sepele yang nggak ada dampaknya ke kemajuan perusahaan atau bisnis.

Tony Robbins: Gabungkan manajemen waktu dengan manajemen energi! Blokir waktu-waktu produktif kalian untuk dikerjakan tugas-tugas berat, sedangkan waktu di mana energi sudah menurun untuk tugas-tugas ringan saja. Ingat selalu untuk seimbangkan antara fokus kerja dengan istirahat.

Julie Morgenstern: Faktor lingkungan sekitar ternyata bisa mempengaruhi produktivitas kita lho! Makanya, lakukan decluttering untuk merapikan dan membersihkan barang-barang yang mengganggu fokus. Atur tata ruang di mana kalian bekerja agar lebih mendukung efisiensi aktivitas.

Tim Ferriss: Nggak perlu mengerjakan semua tugas kalian sendiri. Terapkan prinsip Pareto 80/20 untuk fokus ke 20% tugas yang memberi hasil 80%. Sementara 80% sisanya, upayakan untuk di-outsourcing atau diserahkan ke orang lain. Efisiensi waktumu akan meningkat tajam!

Laura Vanderkam: Cara terbaik untuk memahami ke mana waktu kita terbuang adalah dengan melacak dan mencatatnya secara detail. Dari situ, kita jadi tahu aktivitas mana yang sebetulnya cuma membuang waktu, sehingga bisa mengubahnya.

Leo Babauta: Kurangi distraksi, kerja dengan mindful atau penuh kesadaran ke tugas yang sedang dikerjakan. Hindari juga multitasking yang malah menurunkan produktivitas. Sederhanakan aktivitas kerja kalian dan fokus mengerjakan satu hal dalam satu waktu.

Alan Lakein: Selalu tanyakan ke diri sendiri, “Apakah aktivitas ini adalah cara terbaik untuk memanfaatkan waktuku sekarang?” Jika jawabannya tidak, abaikan atau tunda saja aktivitas tersebut dulu. Pertanyaan kunci ini bisa membantu kalian memprioritaskan aktivitas yang benar-benar penting.

Francesco Cirillo: Coba terapkan Teknik Pomodoro untuk kalian yang sering kehilangan fokus dalam mengerjakan tugas. Sistem kerja 25 menit lalu istirahat 5 menit ini ampuh banget untuk memaksimalkan konsentrasi sambil mencegah burnout dan kelelahan. Fokuslah total saat sesi kerja, istirahat total ketika waktunya istirahat.

Nah, itu tadi rangkuman tips dan rekomendasi manajemen waktu dari para ahli dunia. Semuanya punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi kalian bisa pilih teknik mana yang paling sesuai untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ya!

Kesimpulan

Nggak terasa udah sampai akhir. Dari pembahasan panjang lebar tentang teori manajemen waktu menurut para ahli ini, kita bisa melihat betapa banyaknya cara yang bisa diterapkan untuk mengatur waktu dengan lebih baik.

Mulai dari konsep prioritas ala Stephen Covey, Eat That Frog-nya Brian Tracy, sistem GTD David Allen, teknik time blocking Tony Robbins, sampai kebiasaan mencatat waktu Laura Vanderkam, semuanya punya nilai lebih yang bisa kita terapkan.

Yang jelas, enggak ada satu cara manajemen waktu yang berlaku untuk semua orang. Semuanya kembali ke preferensi dan gaya hidup kita masing-masing. Mungkin kamu lebih cocok dengan Teknik Pomodoro, tapi temanmu lebih sreg dengan konsep kuadran Covey.

Jangan lupa, tetap konsisten menerapkan metode yang dipilih dalam jangka panjang. Karena dengan menerapkan salah satu metode tersebut secara disiplin, aku yakin produktivitas dan efisiensi waktu kalian bakal meningkat pesat.

Oke, segitu dulu pembahasannya kali ini. Baca juga artikel-artikel lainnya ya, banyak informasi dan manfaat yang bisa kamu dapetin di sini. Sampai jumpa di artikel selanjutnya! Karena kita selalu butuh ide dan inspirasi di setiap perjalanan kehidupan!

Referensi:

  • Allen, David. Getting Things Done: The Art of Stress-Free Productivity. Amerika Serikat: Penguin Publishing Group, 2015.
  • Babauta, Leo. The Power of Less: The Fine Art of Limiting Yourself to the Essential… in Business and in Life. Britania Raya: Hay House, 2019.
  • Cirillo, Francesco. The Pomodoro Technique: The Acclaimed Time-Management System That Has Transformed How We Work. Amerika Serikat: Crown, 2018.
  • Covey, Stephen R.. The 7 Habits of Highly Effective People: The Infographics Edition. Amerika Serikat: Mango Media, 2016.
  • Drucker, Peter F.. The Effective Executive: The Definitive Guide to Getting the Right Things Done. Amerika Serikat: HarperCollins, 2017.
  • Ferriss, Timothy. The 4-hour Workweek: Escape 9-5, Live Anywhere, and Join the New Rich. Britania Raya: Vermilion, 2011.
  • Lakein, Alan. How to Get Control of Your Time and Your Life. Amerika Serikat: Penguin Group (USA) Incorporated, 1989.
  • Morgenstern, Julie. Time Management from the Inside Out: The Foolproof System for Taking Control of Your Schedule–and Your Life. Amerika Serikat: Henry Holt and Company, 2004.
  • Robbins, Tony., Mallouk, Peter. Unshakeable: Your Financial Freedom Playbook. Amerika Serikat: Simon & Schuster, 2018.
  • Tracy, Brian. Eat That Frog! 21 Great Ways to Stop Procrastinating and Get More Done in Less Time. Britania Raya: Berrett-Koehler Publishers, 2017.
  • Vanderkam, Laura. 168 Hours: You Have More Time Than You Think. Amerika Serikat: Penguin Publishing Group, 2010.
Share to:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *